Sebuah Hadiah Ulang Tahun: Dari Bandung Untuk Juliana

Sebuah Hadiah Ulang Tahun: Dari Bandung Untuk Juliana

Pada tahun 1927, Bandung menghadiahkan sesuatu yang istimewa untuk seorang putri Belanda. Bukan bunga, bukan permata — tapi sebuah nama yang akan melekat dalam sejarah kesehatan kota: Rumah Sakit Juliana.

Pada 30 April 1927, pemerintah Kota Bandung mengganti nama rumah sakit Het Algemeene Bandoengsche Ziekenhuis menjadi Gemeente Ziekenhuis Juliana. Penggunaan nama putri mahkota Kerajaan Belanda ini bertepatan dengan hari lahir Juliana pada tanggal tersebut[1]. Perempuan bernama lengkap Juliana Louise Emma Marie Wilhelmina ini merupakan putri dari Ratu Wilhelmina.

Baca juga: SEJARAH RSHS: Rancabadak, di Bawah Bayang-Bayang Ratu Juliana

Rumah Sakit Juliana berlokasi di Jalan Pasteur, Bandung. Pusat layanan kesehatan yang memiliki luas sekitar 10 hektare ini berbatasan dengan Institut Pasteur di sebelah timur, Jalan Pasirkaliki (dahulu Pasirkalikiweg) di sebelah barat, Jalan Prof. Eykman (dahulu Prof. Eykmanweg) di sebelah utara, dan Jalan Pasteur (dahulu Pasteurweg) di sebelah selatan. Rumah sakit yang kini bernama RS Hasan Sadikin (RSHS) ini sempat menggunakan nama RS Rancabadak pada tahun 1950 hingga 1967, karena dibangun di kawasan bernama Rancabadak[2].

Het Algemeene Bandoengsche Ziekenhuis dalam masa pembangunan, sekitar tahun 1920-an. Koleksi KITLV.

Rencana untuk mendirikan sebuah rumah sakit modern di Kota Bandung telah muncul sejak tahun 1914. Sebelumnya, Bandung telah memiliki rumah sakit di kawasan Cilentah, sekitar Ancol sekarang. Untuk merealisasikan rencana tersebut, dibentuklah organisasi bernama Vereeniging Bandoengsche Ziekenverpleging (Organisasi Perawat Bandung). Organisasi ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk swasta—salah satunya adalah KAR Boscha. Namun, organisasi ini belum berhasil mewujudkan pendirian rumah sakit yang dimaksud, sehingga akhirnya pemerintah kota mengambil inisiatif sendiri untuk membangunnya[3].

Setelah berunding dengan Burgerlijken Geneeskundigen Dienst (Dinas Kesehatan Sipil) pada tahun 1915, pemerintah Kota Bandung membentuk sebuah komisi yang terdiri atas seorang ketua dan dua anggota, yaitu B. Coops, Dr. C. Tirion, dan P. A. Roelofsen. Komisi ini ditugaskan untuk menyiapkan proposal pendirian Rumah Sakit Umum Kota. Proposal tersebut menekankan perlunya keberadaan rumah sakit yang terorganisasi dengan baik, mampu melayani pasien dari berbagai kalangan, dan memiliki kapasitas 240 tempat tidur yang terbagi ke dalam beberapa kelas. Pada awalnya, rumah sakit direncanakan dibangun di lahan seluas 6 hektare di Jalan Dago, sebelum akhirnya dipindahkan ke lokasi RSHS saat ini.

RS Cilentah di peta Bandung tahun 1910.

Pembangunan rumah sakit sempat terkendala masalah keuangan akibat lonjakan harga bahan bangunan yang hampir dua kali lipat pada awal 1920-an. Hal ini menyebabkan pembukaan rumah sakit tertunda selama dua tahun. Barulah pada 1 Agustus 1923, rumah sakit ini diresmikan. Bersamaan dengan pembukaan Het Algemeene Bandoengsche Ziekenhuis, pemerintah kota menutup rumah sakit yang ada di Cilentah[4].

Seiring berjalannya waktu, dewan kota mengganti nama Het Algemeene Bandoengsche Ziekenhuis menjadi Gemeente Ziekenhuis Juliana. Pergantian nama yang telah mendapat restu dari pemerintah Kerajaan Belanda ini dilakukan bertepatan dengan ulang tahun Juliana yang ke-18 pada tahun 1927[5].

Referensi:
[1] Juliana-ziekenhuis. De locomotief. Edisi 03 Mei 1927.

[2] Sejarah RS Hasan Sadikin. https://web.rshs.go.id/tentang-kami/sejarah/

[3] Het Juliana-Ziekenhuis der Gemeente Bandoeng. Algemeen Indisch Dagblad de Preangerbode. Edisi 1 April 1931.

[4] Het Juliana-Ziekenhuis der Gemeente Bandoeng. Algemeen Indisch Dagblad de Preangerbode. Edisi 1 April 1931.

[5] Juliana-ziekenhuis. De locomotief. Edisi 03 Mei 1927.

Leave a Reply

Your email address will not be published.