Jatinagor merupakan kawasan yang memiliki banyak cerita sejarah, terutama sejarah di masa kolonial. Salah satu landmark peninggalan sejarah yang terkenal di Jatinangor adalah Jembatan kereta api Cikuda. Saat ini, masyarakat memakai jembatan kereta api berusia seabad lebih ini sebagai alat penyeberangan dan menyebutnya dengan nama Jembatan Cincin.
Jembatan Cincin Cikuda dibuat sebagai bagian dari pembangunan jalur kereta api yang menghubungkan Rancaekek dan Tanjungsari. Dulu, perusahaan kereta api negara Staatsspoorwegen (SS) mempunyai rencana untuk menghubungkan Bandung dan Cirebon via Sumedang.
Menurut sejarawan Agus Mulyana, pembangun jalur kereta api yang menghubungkan dua kota ini memiliki arti strategis. Selain dapat dipakai untuk membantu pergerakan militer, jalur ini dipakai untuk mengangkut hasil alam sekaligus memajukan Kota Sumedang[1].
Jalur kereta api Rancaekek-Cikeruh-Tanjungsari dibuka pada tahun 1921. Adanya pemotongan anggaran membuat SS batal membangun jalur menuju Kota Sumedang. Mereka membangun jalur kereta ini hanya sampai ke Citali saja.
Persoalan biaya memang membuat SS meminimalkan anggaran saat itu, termasuk membuat keputusan untuk menggunakan beton dalam pembangunan jembatan-jembatan. Penggunaan beton dalam membangun jembatan relatif lebih murah dibanding penggunaan bahan besi baja yang harganya cukup tinggi karena peperangan. Kondisi ini mendorong SS untuk menggunakan bahan-bahan yang diproduksi di dalam negeri.
Salah satu jembatan yang dibangun menggunakan beton adalah jembatan Cikuda. Jembatan Cikuda mempunyai panjang sekitar 115 m dan tinggi 24 m[2].
Rencana untuk menghubungkan Rancaekek dan Cirebon melalui kereta api akhirnya kandas setelah Jepang menguasai Hindia Belanda. Jepang mempreteli rel dan sarana kereta api di beberapa jalur hingga tidak besisa, termasuk jalur Rancaekek-Tanjungsari. Sampai saat ini, jalur ini tetap mati dan menunggu direaktivasi kembali.
Baca Juga: Wacana Lama Jalur Malangbong-Cirebon (Kereta Garut Bag. 10)
Walaupun dibuat dalam rangka penghematan biaya, namun hasil akhir dari pembangunan jembatan Cikuda sangat memuaskan. Selain mampu menopang kereta api yang berlalu lalang di atasnya, jembatan ini bertahan dan digunakan oleh masyakarat sampai sekarang.
Jembatan ini menjadi landmark Kawasan Jatinangor dan menjadi tanda bahwa pernah ada jalur kereta api di kawasan tersebut.
[1] Agus Mulyana. 2017. Sejarah Kereta Api di Priangan. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Hal.185-186
[2] Opening tramlijnen. De Preanger-bode. Edisi 12-02-1921
Leave a Reply